SEMARANG – CEO SMNetwork, Kukrit Suryo Wicaksono, memaparkan pengelolaan media di era digital saat ini mengalami perubahan yang besar. Jika ingin bertahan dan tetap eksis, maka medianya harus bersifat adaptif, inovatif, dan kolaboratif.
Owner Suara Merdeka Group, generasi ketiga ini menjelaskan, bersifat adaptif artinya media harus menyesuaikan diri dengan situasi, kondisi, dan perkembangan sekarang. “Saat ini masyarakat suka yang simple, maka content media jangan rumit dan memusingkan kepala,” ujar Kukrit Suryo Wicaksono, pada FGD Pers bertajuk Pers dan Pembangunan di Semarang, Senin 7 Maret 2022.
Menurut Kukrit, media sekarang banyak menghadapi saingan. Televisi sekarang bersaing dengan Netflix dan YouTube. Radio bersaing dengan Podcast. Koran bersaing dengan sosial media. Saat ini setiap orang bisa menjadi wartawan. “Jadi saingan wartawan media tertentu bukan dengan wartawan lainnya, tetapi saingannya langsung dengan masyarakat,” ujar Kukrit.
Kukrit menyarankan bagi pengelola media, jika tidak bisa bersaing maka bergabunglah. Media harus mampu menyesuaikan diri dengan tuntutan masyarakat. Masyarakat sekarang suka yang simpel. Maka isi media harus dikemas dengan simpel dan mudah dipahami, tidak perlu rumit.
Selain itu wartawan sekarang perlu dibekali kewirausahaan. Sense of enterprenuership harus ditumbuhkan pada diri wartawan. “Media tidak boleh berhenti beradaptasi. Usahakan sesuai dengan orientasi pasar. Jika tidak market oriented akan ditinggal,” tegas Kukrit.
Inovatif
Pengelola media di era digital, dituntut terus untuk berinovasi. Perkembangan teknologi informasi yang begitu cepat, harus diimbangi dengan model penyajian media. Ada dua hal yang perlu diperhatikan, yakni isi dan kemasan. Content is the king and packaging is the queen.
Bagi Kukrit, wajib hukumnya industri pers harus jadi part of solution terhadap persoalan di daerahnya. Kehadiran media menjadi bagian dari solusi permasalahan. Bukan justru menjadi bagian dari masalah. Pers harus jadi booster bagi pertumbuhan ekonomi di daerahnya.
Putra Budi Santosa ini mengungkapkan Suara Merdeka sudah mulai bertransformasi menjadi integrated marketing solution. Selain memiliki suratkabar harian Suara Merdeka, juga mempunyai 100 radio, televisi TVKu, event organization, suaramerdeka.com, dan Suara Merdeka Institut. Sejumlah media itu terintegrasi dalam SMNetwork.
Kolaboratif
Sekarang ini eranya kolaborasi. Pengelola media harus bekerjasama dengan pihak lain untuk meningkatkan kepercayaan atau trust. Menurut Kukrit, tugas media ada dua, yakni terkait dengan income (pendapatan) dan cari traffight.
Untuk kolaborasi, media perlu mengelola (create) konstituen, seperti komunitas. Cara mengelola ini salah satunya dengan event. Misalnya Suara Merdeka membuat event Lurah Hebat dan Kuliner Award.
Pada Lurah Hebat, sebanyak 171 lurah di Kota Semarang dipersilahkan untuk menampilkan keunggulannya. Nanti tim Suara Merdeka yang akan menentukan, siapa lurah yang paling hebat. Sedangkan Kuliner Award diberikan kepada kuliner legendaris dan pendatang baru (new comer).
Kawasan Industri
Kukrit Suryo Wicaksono (CEO SMNetwork) juga menyampaikan pemikirannya tentang pers dan pembangunan. Menurutnya, Pers merupakan bagian dari pembangunan. Jadi tidak bisa dipisah-pisahkan. Kemajuan pers juga kemajuan pembangunan. Jika pertumbuhan ekonominya bagus, maka pertumbuhan pers juga bagus.
“Kita (Suara Merdeka) bersyukur ada di Kota Semarang, salah satu dari lima kota besar yang pertumbuhan ekonominya tinggi,” ujar Kukrit. Pertumbuhan ekonomi di Kota Semarang sebesar 5,16 persen.
Kukrit mengemukakan, ada tiga bidang pendukung pertumbuhan ekonomi di Semarang, yakni bidang transportasi, akomodasi dan kuliner, serta konstruksi. Dengan pertumbuhan ekonomi yang tinggi, maka masyarakat punya daya beli yang tinggi juga.
Kota Semarang akan menjadi kota industri terbesar di Asia Tenggara. Karena saat ini sedang dibangun kawasan industri di Batang dengan kawasan seluas 4.000 hektar. Sebanyak 80 persen investor asing. “Jarak Semarang ke Batang cukup dekat. Hanya memerlukan waktu sekitar 45 menit, nantinya aktivitas bisnis akan ada di Semarang,” tegas Kukrit.
Kukrit juga mengungkapkan, pemerintah saat ini mengembangkan tiga sektor, yakni UMKM, pariwisata dan kuliner, serta investasi. Potensi tiga sektor ini di Kota Semarang cukup besar, ada 3,5 juta UMKM yang aktif. Usahanya ini minimal memiliki 10 karyawan.
Sedangkan sejak ada tol baru, setiap hari Jumat, Sabtu dan Minggu beberapa jalan di Kota Semarang macet. Banyak masyarakat dari berbagai wilayah di Jateng yang berlibur ke Kota Semarang. Untuk investasinya juga berkembang pesat. (Ono)








